Bahtera dalam tradisi Abrahamik Bahtera_Nabi_Nuh

Ibn Battuta, 1304–1377, pengelana dunia dari Morocco yang melalui Gunung Judi, dekat Cizre, Turki, yang merupakan tempat berhentinya Bahtera Nuh dalam tradisi Islam.

Dalam tradisi rabinik

Cerita Nuh dan Bahtera banyak dibahas dalam literatur rabinik Yahudi yang belakangan. Kegagalan Nuh untuk memperingatkan orang-orang lain tentang datangnya air bah pada umumnya menyebabkan orang meragukan bahwa ia layak dianggap sebagai orang yang benar —atau barangkali ia orang yang benar hanya bila dibandingkan dengan generasinya sendiri yang jahat? Menurut sebuah tradisi, ia malah telah meneruskan peringatan Allah, menanam pohon aras 120 tahun sebelum datangnya Air Bah itu, sehingga orang-orang yang berdosa dapat melihat dan diimbau agar mengubah cara hidup mereka. Untuk melindungi Nuh dan keluarganya, Allah menempatkan singa dan binatang-binatang buas lainnya untuk menjaga mereka dari orang-orang jahat yang mengejek mereka dan mengancam mereka dengan kekerasan. Menurut sebuah midrash, Allah-lah, atau para malaikat, yang mengumpulkan binatang-binatang itu ke Bahtera, bersama-sama dengan makanan mereka. Karena sebelum masa ini tidak perlu diadakan pembedaan antara binatang yang haram dan yang tidak haram, maka binatang-binatang yang tidak haram memperkenalkan mereka dengan berlutut di hadapan Nuh sementara mereka masuk ke dalam Bahtera. Sebuah pandangan lain mengatakan bahwa Bahtera itu sendiri memisahkan yang haram dengan yang tidak haram, yang tidak haram diterima masing-masing tujuh ekor, sementara yang haram hanya sepasang.

Nuh sibuk siang dan malam memberi makan dan memperhatikan binatang-binatang itu. Ia tidak tidur selama satu tahun berada di dalam Bahtera. Binatang-binatang itu adalah yang terbaik dari antara spesiesnya, dan berperilaku dengan sangat baik. Mereka tidak berbiak, sehingga jumlah binatang-binatang yang keluar dari Bahtera persis sama dengan jumlah yang masuk. Namun Nuh dibuat lumpuh oleh singa, sehingga ia tidak layak untuk menjalani tugas-tugas imamat. Karena itu kurban pada akhir pelayaran itu dilaksanakan oleh anaknya, Sem. Burung gagak menciptakan masalah, karena ia menolak keluar dari Bahtera ketika Nuh melepaskannya. Ia mengutuk sang Leluhur dan menuduhnya berniat menghancurkan keturunannya. Namun demikian, seperti yang ditunjukkan oleh para penafsir, Allah bermaksud menyelamatkan burung gagak itu, kerana keturunannya ditakdirkan untuk memberi makan kepada nabi Elia.

Semua kotoran disimpan pada tingkat yang paling bawah dari ketiga tingkat Bahtera, manusia dan binatang-binatang yang tidak haram ditempatkan di tingkat kedua, sementara binatang-binatang yang haram serta burung-burung di tingkat atas. Sebuah pandangan lain mengatakan bahwa semua kotoran diletakkan di tingkat yang paling atas, dan dari situ kemudian dibuang ke dalam laut melalui sebuah pintu (trapdoor). Batu-batu berharga, yang terang seperti tengah hari, memberikan cahanya, dan Allah memastikan bahwa makanan tetap segar. Raksasa Og, raja Basyan, berada di antara mereka yang diselamatkan —demikianlah mestinya yang terjadi, karena keturunannya disebutkan belakangan dalam kitab-kitab di dalam Torah—tetapi karena tubuhnya sangat besar ia harus tetap tinggal di luar, Nuh memberikan kepadanya makanan melalui lubang yang dibuat di dinding Bahtera.[14]

Dalam tradisi Kristian

Pembangunan Bahtera. Nuremberg Chronicle (1493).

Para penulis Kristian perdana menciptakan makna-makna alegoris untuk Nuh dan Bahtera. Perjanjian Baru (1 Petrus 3:20–21), menyatakan bahwa perdamaian bagi mereka yang ada di Bahtera melalui air bah memberikan gambaran awal tentang orang Kristen yang diselamatkan melalui baptisan. Para seniman Kristen awal juga mengangkat Nuh dalam karya mereka. Mereka seringkali menggambarkan Nuh yang berdiri di sebuah kotak yang kecil di tengah-tengah gelombang, yang menggambarkan tentang Allah yang menyelamatkan Gereja sementara melalui gelombang pergumulan.

St. Augustinus dari Hippo (354–430), dalam Kota Allah, menunjukkan bahwa ukuran-ukuran Bahtera itu sesuai dengan ukuran tubuh manusia, yaitu tubuh Kristus, yaitu Gereja.[15] St. Hieronimus (l.k. 347–420) menyebut burung gagak, yang dikeluarkan dan tidak kembali sebagai "burung kejahatan yang kotor" yang diusir lewat baptisan;[16] memberikan gambaran yang lebih bertahan lama, merpati dan ranting zaitun yang melambangkan Roh Kudus dan pengharapan akan perdamaian dan, akhirnya, perdamaian.

Pada tataran yang lebih praktis, Origenes (l.k. 182–251), menjawab kepada seorang kritik yang meragukan bahwa Bahtera itu dapat memuat semua binatang yang ada di dalam dunia, membantahkan dengan argumen yang cerdas tentang hasta. Ia mengatakan bahawa Musa, si pengarang tradisional dari Kitab Kejadian, dibesarkan di Mesir dan karenanya tentu telah menggunakan ukuran hasta Mesir yang lebih besar. Ia pun memperbaiki bentuk Bahteranya sebagai sebuah piramida terbalik, yang bentuknya persegi empat dan bukan bujur sangkar di bagian bawahnya, dan mengurangi hingga di satu sisinya square peak one cubit on a side.[17] Baru pada abad ke-12 orang baru memikirkannya sebagai sebuah kotak persegi empat dengan atap yang miring.

Penyamaan Bahtera dengan Gereja masih ditemukan dalam ritus baptisan Anglikan, yang memohon kepada Allah, "yang dengan kemurahan-Mu yang besar telah menyelamatkan Nuh," untuk menerima ke dalam Gereja bayi yang akan dibaptiskan.

Dalam tradisi Islam

Dalam agama Islam, Nuh merupakan salah satu dari lima Rasul nabi penting bagi umat Islam keseluruhannya (Ulul Azmi). Ia diperintah untuk mengingatkan kaumnya agar menyembah Allah yang saat itu menganut paganisme dengan menyembah berhala-berhala Suwa', Yaghuts, Ya'uq, dan Nashr[18]. Dalam Al-Quran, Nuh diperintah selama 950 tahun[19]. Rujukan-rujukannya tentang Nuh dalam al-Quran bertebaran di seluruh kitab. Surah dalam al-Quran yang cukup lengkap menceritakan kisah Nuh adalah Surah Hud dari ayat 27 hingga 51.

Berbeza dengan kisah-kisah Yahudi, yang menggunakan istilah "kotak" atau "peti" untuk menggambarkan Bahtera Nuh, surah Al-'Ankabut ayat 15 dalam al-Qur'an menyebutnya As-Safinati, sebuah kapal biasa atau bahtera, dan dijelaskan lagi dalam Surah Al-Qamar ayat 13 sebagai "bahtera dari papan dan paku." Surah Hud ayat 44 mengatakan bahawa kapal itu mendarat di Gunung Judi, yang dalam tradisi merupakan sebuah bukit dekat kota Jazirah bin Umar di tepi timur Sungai Tigris di provinsi Mosul, Iraq. Abdul Hasan Ali bin al-Husayn Masudi (meninggal dunia pada tahun 956) mengatakan bahawa tempat pendaratan bahtera itu dapat dilihat pada masanya. Masudi juga mengatakan bahawa Bahtera itu memulai perjalanannya dari Kuffah di Iraq tengah dan berlayar ke Makkah, dan di sana kapal itu menawafi (mengelilingi) Kaabah, sebelum akhirnya mendarat di Gunung Judi, Cizre (Pergunungan yang sebanjaran dengan Gunung Ararat). Surah Hud ayat 41 mengatakan, "Dan Nuh berkata, 'Naiklah kamu sekalian ke dalamnya dengan menyebut nama Allah di waktu berlayar dan berlabuhnya.'" Tulisan Abdullah bin 'Umar al-Baidawi abad ke-13 menyatakan bahawa Nuh mengatakan, "Dengan Nama Allah!" ketika ia ingin bahtera itu bergerak, dan kata yang sama ketika ia menginginkan bahtera itu berhenti.

Banjir itu dikirim oleh Allah sebagai jawapan ke atas doa Nabi Nuh bahawa generasinya yang jahat harus dihancurkan, namun kerana Nuh adalah yang benar, maka ia terus menyebarkan peringatan itu, dan 70 orang penyembah berhala bertaubat, dan masuk ke dalam Bahtera bersamanya, sehingga keseluruhan manusia yang ada di dalamnya adalah 78 orang (iaitu ke-70 orang ini ditambah 8 orang anggota keluarga Nuh sendiri). Ke-70 orang ini tidak mempunyai keturunan, dan seluruh umat manusia setelah air bah adalah keturunan dari ketiga anak lelaki Nuh iaitu Sem, Ham, dan Yafet. Anak lelaki (atau cucu lelaki, menurut beberapa sumber) yang keempat yang bernama Kana'an termasuk para penyembah berhala, dan kerananya ia ikut tenggelam.

Baidawi memberikan ukuran Bahtera itu iaitu 300 hasta, (50 x 30), dan menjelaskan bahawa pada mulanya di tingkat pertama dari tiga tingkat ini diletakkan binatang-binatang liar dan yang sudah dijinakkan, pada tingkat kedua ditempatkan manusia, dan yang ketiga burung-burung. Pada setiap lembar papan terdapat nama seorang nabi. Tiga lembar papan yang hilang, yang melambangkan tiga nabi, dibawa dari Mesir oleh Og, putera Anak, satu-satunya raksasa yang diizinkan selamat dari banjir. Tubuh Nabi Adam a.s. dibawa ke tengah-tengah bahtera untuk memisahkan lelaki dan perempuan.

Nabi Nuh berada di Bahtera selama lima atau enam bulan, dan pada akhirnya ia mengeluarkan seekor burung gagak. Namun gagak itu berhenti untuk berpesta memakan daging-daging bangkai yang mati, dan kerana itu Nuh mengutuknya dan mengeluarkan burung merpati, yang sejak dahulu kala lagi telah dikenali sebagai sahabat manusia. Masudi menulis bahawa Allah memerintahkan bumi untuk menyerap airnya, dan bahagian-bahagian tertentu yang lambat menaati perintah ini memperoleh air laut sebagai hukumannya dan karena itu menjadi kering dan tidak ada kehidupan. Air yang tidak diserap bumi membentuk laut, sehingga air dari banjir itu masih ada.

Nuh meninggalkan Bahtera pada tanggal 10 Muharram, dan ia bersama keluarganya dan teman-temannya membangun sebuah kota di kaki Gunung Judi yang dinamai Thamanin ("delapan puluh"), dari jumlah mereka. Nuh kemudian mengunci Bahtera itu dan dipercayai kunci-kuncinya berada dalam simpanan Sem. Yaqut al-Hamawi (1179–1229) menyebutkan tentang sebuah Masjid yang dibangunkan oleh Nuh yang dapat dilihat hingga masa hidupnya, dan Ibnu Batutta telah melawati pergunungan Judi dan Ararat dalam perjalanannya pada abad ke-14. Orang Muslim moden, walaupun tidak semuanya aktif dalam mencari Bahtera tersebut, percaya bahawa benda itu masih berada di lereng-lereng pergunungan Judi-Ararat.[20]

Rujukan

WikiPedia: Bahtera_Nabi_Nuh http://college.hmco.com/history/readerscomp/ships/... http://www.jewishencyclopedia.com/view.jsp?artid=1... http://www.jewishencyclopedia.com/view.jsp?artid=1... http://www.jewishencyclopedia.com/view.jsp?artid=2... http://www.jewishencyclopedia.com/view.jsp?artid=3... http://www.jewishencyclopedia.com/view.jsp?artid=3... http://www.jewishencyclopedia.com/view.jsp?artid=3... http://www.laputanlogic.com/articles/2004/05/07-00... http://www.meta-religion.com/World_Religions/Ancie... http://news.nationalgeographic.com/news/2004/09/09...